Pak Ustadz, jauh di lubuk hati saya, saya berniat suatu hari nanti Insya Allah saya akan memakai jilbab. Mohon pencerahan dari Pak Ustadz, apa yang harus saya lakukan agar niat saya ini dari hari ke hari kian mantap, karena niat ini sudah ada dari dahulu sebelum saya menikah meskipun hanya niat yang terkadang kadarnya bisa naik turun. Karena sebagai salah seorang karyawati di sebuah perusahaan internasional tentu banyak keadaan yang menjadi tantangan bagi saya.
Kemudian kalau kelak saya punya anak perempuan, mulai umur berapa sebaiknya kita pakaikan dia jilbab ? Apakah juga wajib dari kecil ? Atau ada batasan mulai umur berapa ?
Satu pertanyaan lagi Pak Ustadz, bagaimana kalau ada kasus seperti seorang teman saya yang selalu berjilbab kalau pergi ke luar rumah, terutama ke acara-acara formal, tapi kalau hanya di luar pagar rumah menemui abang-abang tukang sayur misalnya, dia tidak mengenakan jilbab. Seorang rekan kerja saya yang nampak alim mengatakan : “Percuma saja dia berjilbab kalau masih sepotong-sepotong”.
Maaf Pak Ustadz, pertanyaan saya begitu panjang lebar namun saya harap Pak Ustadz tidak bosan untuk menjawabnya.
Wassalaamu ‘alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh
Penjelasan :
Wa ‘alaikumus-salaam warohmatulloohi wabarokaatuh.
Agar keinginan anda ini tidak hanya sekedar impian semusim, maka perlu dipahami dulu duduk hukum yang mendasari masalah ini.
Masalah jilbab bukan hanya sekedar mode yang sedang "trendy", bukan pula hanya sekedar tradisi orang padang pasir; tapi memang perintah Alloh subhanahu wa ta'ala sebagaimana firman-Nya :
Agar keinginan anda ini tidak hanya sekedar impian semusim, maka perlu dipahami dulu duduk hukum yang mendasari masalah ini.
Masalah jilbab bukan hanya sekedar mode yang sedang "trendy", bukan pula hanya sekedar tradisi orang padang pasir; tapi memang perintah Alloh subhanahu wa ta'ala sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
(Surah Al-Ahzab ayat 59). Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Kita yakin bahwa tidak semata-mata Alloh menentukan suatu peraturan kalau tidak di balik peraturan itu terdapat hikmah kemanfaatan bagi kita di dunia dan atau di akhirat.
Maka kalau sudah kita niati lillaahi ta'ala, insya-Alloh tekad kita tidak akan lapuk karena hujan, tidak akan lekang karena panas dan di saat kita mengerjakannya pun disertai rasa ridho terhadap hukum Alloh dan Rosul-Nya.
Saya bisa memaklumi tantangan yang anda hadapi terutama sebetulnya tantangan dari diri anda sendiri. Bisa jadi anda berfikir : “Kalau saya berjilbab, apa kata orang nanti ?". Apalagi kalau boss anda adalah orang asing (expatriate), anda jadi bingung “Apa kata boss saya nanti ya ?”.
Tapi kalau kita renungkan lebih jauh, kenapa kita mesti takut pada boss atau malu pada orang sekitar ? Mestinya ‘kan kita lebih takut dan malu pada Alloh subhanahu wa ta’ala, pemilik dan penguasa langit dan bumi beserta isinya ini. Dengan renungan ini insya Alloh sesuatu yang kita niati dengan baik akan berjalan dengan baik pula.
Bisa jadi di hari-hari pertama anda berjilbab anda merasa menjadi pusat perhatian. Tanggapi saja dengan senyuman. Bisa jadi boss anda mendatangi anda seraya bertanya "Apakah ada perayaan khusus hari ini hingga anda menggunakan kerudung?". Jawab saja : "Tidak ada, ini adalah pakaian saya yang sekarang dan insya Alloh untuk selanjutnya". Kalau kemudian dia bertanya lagi "Kenapa menggunakan kerudung?". Jelaskan saja : “Dalam kitab suci kami Al-Qur'an dikatakan bahwa menggunakan kerudung bagi seorang wanita baligh adalah kewajiban, dan kami akan mendapatkan dosa bila tidak melakukannya". Kalau beliau adalah seorang yang cukup kritis tentunya akan bertanya lagi : "Kalau ini kewajiban, kenapa baru sekarang kamu memakainya?". Jawablah dengan jujur : "Yang lalu adalah kesalahan saya dan saya tidak mau melakukan kesalahan lagi". Sekali lagi, kalau beliau adalah seorang yang bijaksana tentunya beliau akan mendukung bawahannya yang ingin berubah ke arah kebaikan. Tentu saja kita sendiri harus mantap dengan niat kita, maka insya Alloh kenyataan tidak akan seburuk yang anda bayangkan.
Sebagaimana kewajiban sholat lima waktu yang berlaku bagi orang Islam yang sudah baligh maka kewajiban berjilbab pun berlaku bagi muslimah yang sudah baligh. Namun sejak anak-anak berumur tujuh tahun kita harus mulai menyuruh mereka untuk mengerjakannya. Bagi mereka bukan sebagai kewajiban, tapi sebagai pendidikan.
Dalam al-Quran surah al-Baqoroh ayat 208 difirmankan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang beriman, masuklah ke dalam Islam secara paripurna, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".
Jadi, mestinya sih, seorang muslimah itu berjilbab baik ketika jalan maupun ketika di rumah bila berhadapan dengan orang lain yg bukan mahromnya. Tapi 'kan kadar keimanan orang itu berbeda-beda. Ada yang imannya nyaris sempurna, ada yang imannya masih jauh dari sempurna. (saya termasuk di dalamnya). Ada muslimah yang sudah mampu berjilbab di setiap keadaan, ada juga yang masih sepotong-sepotong.
Kepada saudari kita yang masih sepotong-sepotong, kita doakan agar Alloh segera memberinya kekuatan dan kemampuan agar dia bisa paripurna. Jangan hanya dicerca dan dimaki, jangan-jangan dia malah ngambek dan mutung. Lebih baik berilah dia pengertian bahwa yang menyuruh kita berjilbab itu bukan Pak Kyai atau Pak Ustadz, tapi Alloh yang memberi kita nyawa, Alloh yang membuat jantung kita berdetak, Alloh yang memberi kita kesehatan, Alloh yang memberi kita rizqi, berarti nyawa dan rejeki kita ada di tangan-Nya. Dan jika Alloh menghendaki, kesehatan dan rizqi kita pun bisa diambilnya, hatta nyawa kita pun bisa diambil-Nya.
Itulah gambaran dakwah yang difirmankan Alloh dalam surah an-Nahl ayat 125 :
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
”Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan memberi pengertian dan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Walloohul-musta’aan, walaa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Wassalaamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.